Selasa, 22 Oktober 2013

Suku Jawa






Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan jumlahnya di sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni khususnya di provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsiJawa BaratBanten dan tentu sahaja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.
              
1.      Sistem Kemasyarakatan
Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah sebagai berikut.
a.       Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.
b.      Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok/ biyung.
c.       Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.
d.      Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.
e.       Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.
f.       Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.

Dalam masyarakat Jawa, istilah-istilah di atas merupakan tata cara sopan santun pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila melanggar nasihat orang tua akan sengsara atau disebut kuwalat.

Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan sosialnya. Pada dekad 1960-anClifford Geertz, pakar antropologi Amerika Syarikatyang ternama, membahagikan masyarakat Jawa kepada tiga buah kelompok:
1.    kaum santri
2.    kaum abangan
3.    kaum priyayi.

Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak, manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama sahaja atau penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan. Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Pengelasan sosialnya juga dicemari oleh penggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti keturunan-keturunan ArabTionghoa dan India.


2.      Bahasa
Pulau Jawa adalah pulau yang sangat padat penduduknya dan memilki berbagai macam penduduk yang ad di dalamnya dan bahasa merupakan hal yang paling luas digunkana dalam sebuah kebudayaan. Bahasa jawa dibagi menjadi dua klasifikasi dialek. Yaitu dialek sosial dan dialek daerah. Karena bahasa ini terbentuk dari gradasi-gradasi yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia maupun Melayu, meskipun tergolong rumpun Austronesia. Sedangkan dialek daerah ini didasarkan pada wilayah, karakter dan budaya setempat. Perbedaan antara dialek satu dengan dialek lainnya bisa antara 0-70%. Kelompok Bahasa Jawa Bagian Barat
- Dialek Banten
- Dialek Cirebon
- Dialek Tegal
- Dialek Banyumasan
- Dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)

Kelompok pertama di atas sering disebut bahasa Jawa ngapak-ngapak.
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Tengah :
- Dialek Pekalongan
- Dialek Kedu
- Dialek Bagelen
- Dialek Semarang
- Dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- Dialek Blora
- Dialek Surakarta
- Dialek Yogyakarta
- Dialek Madiun

Kelompok kedua di atas sering disebut Bahasa Jawa Standar, khususnya dialek Surakarta dan Yogyakarta.

Kelompok Bahasa Jawa Bagian Timur :
- Dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
- Dialek Surabaya
- Dialek Malang
- Dialek Jombang 

3.      Kesenian
1)      Seni Bangunan
Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana Mangkunegaran. Istana Mangkunegaran merupakan rumah adat Jawa asli.

2)      Seni Tari
Tarian-tarian di Jawa beraneka ragam di antaranya sebagai berikut.
a. Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara, seperti: khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan.
b.Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng.
c. Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama lembut.
d.               Tari gambyong.
e. Tari bedoyo.

3)      Seni Musik
Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.


4)      Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu juga kethoprak, ludruk, dan kentrung.



4.      Sistem pengetahuan
JAKARTA – Kebanggaan orang Jawa tampaknya belum pudar. Sebagai salah satu suku di Indonesia dengan populasi paling tinggi sekaligus konon kabarnya paling tua dalam hal peradaban, kebudayaan Jawa tak bisa disangsikan kemajemukannya. Mulai dari aksara kuno, perhitungan tanggal dan bulan, ramal-ramalan sampai dengan peninggalan candi tertua ada di budaya satu ini.
Tiga dari empat pemimpin bangsa ini pun berasal dari Jawa, tidak kurang pula jajaran menteri dan pejabatnya. Bahkan sebelum otonomi daerah dikampanyekan, gubernur di provinsi non-Jawa pun dipegang oleh orang suku Jawa. Bukan ingin mendiskreditkan suku satu ini, tapi demikianlah fakta berbicara.
Kultur Jawa sedemikian erat melekat pada bangsa kita. Bagi orang yang berminat mempelajari seluk beluk budaya Jawa, situs ini akan menjawab lengkap semua rasa ingin tahunya. Dilengkapi dengan search engine, situs yang terdiri atas 26 rubrik ini siap memberi informasi segala hal seputar Jawa.
Pada rubrik ”Sejarah” diungkap kisah kerajaan Jawa pertama sampai dengan perjuangan melawan Belanda dan masuknya Islam. Kisah Demak, Mataram dan Majapahit tidak ketinggalan diulas tuntas. Penggemar sastra yang ingin mempelajari sastra Jawa bisa meng-klik rubrik ini dan akan mendapat informasi tentang kemajuan sastra Jawa dari zaman Pakubuwono sampai Mangkunegaran.



5.      Religi (Sistem Kepercayaan)

Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Masyarakat Jawa percaya bahwa hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo (pasrah). Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/ roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit, dan jin.

Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa sebagai berikut.
a.       Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.
b.      Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah panen.
c.       Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.


d.      Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru. Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar